Terjebak di Pulau

Posted by :

Unknown

Date:

Jumat, 24 Agustus 2012

0 komentar



"LEEEEEEN!!!!" Seorang gadis berambut kuning berteriak menembus hujan, suara guntur yang menggelegar dan angin kencang serasa hampir menenggelamkan kapal dan mengguncang-guncangkannya. "RIN! *blubblubblub* To.. *blubblubblub* Long!!! *blubblubblub*" Dan seorang pemuda berambut kuning pula gelagapan di tengah ombak dan badai, rupanya Len terjatuh dari kapal, dan meskipun dia bisa berenang, derasnya hujan dan kencangnya ombak mengombang-ambingkannya dengan kejam. "Ini Len!! Tangkep!!" Rin melemparkan sebuah pelampung kuning. Len menangkapnya, membiarkan dirinya terselamatkan dari kejamnya dorongan ombak. 

"PAK! PAK! BERHENTI DULU!!" Seorang wanita berambut merah menghambur masuk ke anjungan kapal, setelah menemui nahkodanya, ia menamparnya. "PAK!! Saya bilang berhenti dari tadi!! Ada yang jatuh dari kapal!!" Meiko mengguncang-guncangkan badan si nahkoda. "Maaf, saya tidak bisa melakukannya! Ampun!" si nahkoda menutupi wajahnya dengan tangannya. "Pak saya mohon Pak, hentikan kapal.. Ada yang jatuh, dia, dia adik saya." Setetes air mata menetes dari mata wanita itu. "Saya nggak mau kehilangan.. Keluarga saya lagi.." Wanita itu terisak-isak. "Maaf bu, saya tidak bisa berbalik, kami semua sudah terguncang ombak, apabila kita kembali, semua orang bisa mati!!!" si nahkoda menjelaskan dengan panik. "Nahkoda Oliver, saya mohon! Kembali! Kasihan adik saya.." Sang wanita kembali memohon, kali ini menyebutkan nama si nahkoda yang tertulis di nametag nya. "Maaf, Bu Meiko. Saya tidak bisa melakukannya.." Oliver berkata dengan lembut, turut memanggil nama wanita itu yang tertulis di topi yang ia kenakan. Meiko kembali menangis, lalu, dengan marah ia keluar dari anjungan kapal, dan mengatakan beberapa kata di ujung tangga: "5 bulan lalu saya kehilangan 2, sepupu saya yang berambut biru dan ungu. Dan sekarang saya harus kehilangan.. Adik saya yang berambut kuning! Dalam kapal ini juga, dan Anda juga yang menjadi nahkoda! Anda harusnya malu!!" Lalu Meiko langsung keluar dari anjungan. Si nahkoda melongo tetapi kembali ke kursi mengemudinya "Ya Tuhan.. Saya tak pernah bermaksud menyakiti siapa-siapa.." dan setetes air mata menetes dari matanya yang tidak cacat.

Meiko berlari keluar menghampiri Rin, Rin menangis-nangis sambil menunjuk-nunjuk 1 titik kuning di kejauhan. Seketika seorang gadis berambut tosca dan pink turut bergabung. "Rin.. Rin.. Jangan nangis.." si gadis tosca memeluk Rin. "Kak Miku.. Gi, gimana aku nggak sedih.. 5 bulan lalu kita kehilangan Kak Kaito sama Om Upo, aku nggak sanggup kehilangan Len lagi.." Rin menangis dalam pelukan Miku. "I, iya Rin. Aku ngerti." Miku mengeratkan pelukannya, dan mereka menangis bersama-sama. Meiko dan si gadis pink ikut menangis melihat adegan itu. "Semua salahku.." Meiko berteriak. "Kamu nggak salah apa-apa Meiko.." si wanita pink menenangkan Meiko. "Kamu salah Luka! Semua salahku!! Aku nggak pernah bisa nyuruh nahkodanya balik arah buat nyelametin mereka, sekarang, juga 5 bulan yang lalu." Meiko mengangkat wajahnya. "Seenggaknya kamu kan udah nyoba Meiko.." Luka memeluk Meiko, dan Meiko membalas pelukannya. "Aku kangen Mas Upo." Luka berbisik. Meiko tersentak, "Aku, aku juga kangen mereka, dan menurutku pasti Miku sama Rin lebih kangen lagi.." balas Meiko. Mereka menangis di tengah hujan, mengabaikan kerumunan orang lain yang memerhatikan mereka. Lalu Meiko melepaskan pelukannya. "Pokoknya aku nggak mau tau! Mereka harus hidup!!"

Sementara itu..

"Eh Ngu, kamu mimpi sesuatu nggak semalem?" seorang pemuda berambut biru bertanya santai kepada seorang berambut ungu. "Iya.. Kamu mimpi apa Ru?" si pemuda berambut ungu balas bertanya. "Aku, aku, aku mimpi.. Aku ada di apartemen gitu, lagi main PS sama cewek yang rambutnya pirang terus dikuncir. Tapi aku nggak tau nama tu cewek siapa.." jawab Biru. "Nah lo, Ru? Cewek lagi. Kemaren kamu mimpi jalan sama cewek rambutnya tosca, terus kemarennya lagi kamu mimpi lagi ditampar sama cewek rambutnya merah tapi habis nampar kamu mohon maaf banget sama tu cewek.. Apa tuh maksudnya? Siapa mereka?" goda Ungu. "Oh. Apa jangan-jangan, di masa lalu.. Aku ini cowok cabul lagi?? Ya ampun Ungu!! Aku bukan cowok cabul! Aku nggak mau!" Biru berkata panik. "Halah.. Siapa yang ngomong kamu cowok cabul?" Ungu mengangkat alisnya. "Heh! Kalo aku jalan sama 3 cewek sekaligus, apa namanya nggak cabul??" Biru memegang kepalanya. "Yaa siapa tau yang 2 di antara mereka mantan kamu.. Terus yang merah itu tetanggamu yang suka ngamuk gitu mungkin." Ungu mengangkat 2 tangannya. "Kalo mereka mantanku, sama aja.. Berarti aku ganti-ganti pacar. Ya ampuun tobaat tobaat." Biru menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kalo aku, aku mimpi, lagi di pesta pernikahan.. Sebenernya hampir tiap hari, sama, cewek rambut pink." Ungu memulai. "Hah!! Kamu, kamu udah nikah??" Biru terperanjat. "Hei.. Mana kutau? Ini kan yang ada di mimpiku? Kalo misalnya itu ternyata masa laluku gimana?" Ungu membela dirinya..

Biru dan Ungu, setidaknya itu panggilan sehari-hari untuk mereka. Tentu saja itu bukan nama asli, mereka terdampar di pulau terpencil ini 5 bulan yang lalu, sedang berlibur dalam perjalanan kapal pesiar, tetapi suatu badai yang kejam mengempaskan mereka keluar dari kapal. Dan, beginilah mereka sekarang, terdampar di pulau tak berpenghuni, amnesia dan tidak ingat apa-apa, menunggu bantuan yang tak kunjung datang. Sekarang mereka sedang berjalan-jalan santai di pinggir pantai, menikmati pantai pagi yang berangin, tentu saja, nyeker.. Tiba-tiba, mereka melihat seseorang terjerembap di pinggir pantai.

"Eh Ungu Ungu, apaan tuh?" celetuk Biru. "Apa? Aku nggak liat apa-apa." Ungu menyipitkan matanya. "Ih itu, yang di pinggir pantai.. Yang kuning-kuning itu lho.." Biru menunjuk. "Kuning-kuning ngambang.." Ungu bersenandung. "Aah tau ah." Biru berlari mendekati orang itu, setelah merasa cukup dekat, Biru membalikkan badan orang itu dan menyeretnya ke tengah. "Eh, emang dia belom mati?" Ungu mengejar Biru. Biru mengamatinya, "Belom. Tapi.. Kapan ya aku pernah liat orang ini? Dia.. Rambut kuning, tapi mukanya.. HAH!!" Biru mundur 3 langkah. "Kenapa?" Ungu mengangkat alis. "Hieee!! Ini kan cewek yang di mimpiku semalem. Ke, kenapa dia bisa ada di sini??" Biru masih terlonjak. Ungu berjongkok dan mengamati 'gadis' ini. "Cewek dari mana? Ini cowok.." Ungu memandang Biru dengan tatapan mencela. "Nyeh.. Aku maho dong??" Biru semakin terlonjak, mukanya pucat. "-_- Nggak lah.. Siapa tau dia temenmu." "Tapi, cowok dari mana? Sekarang rambutnya diurai, tambah kayak cewek!!" Biru memprotes. "Liat dong postur badannya. Cewek dari mana? Kamu ini Ru." Ungu berdiri. Biru mengamati orang itu, "Hmm.. Nggak ah.. Dia itu cewek, tunggu sampe denger suaranya, pasti suara cewek." katanya ngotot. Ungu memutar bola matanya.

Orang itu mulai bergerak. "Ru, Ru, dia gerak.." Ungu menunjuk. "Eeeuh.. Uuuh.. Aku, aku, aku dimana?" Ia tersentak. Hal yang pertama dilihatnya, wajah Biru dan Ungu yang memelototinya.. Lalu ia terbangun, dan memperhatikan Biru dan Ungu. "Kak Kaito!! Om Upo!!" ia berteriak. "Hah? Siapa Kaito?" Biru bertanya. "Yang dimaksud Om itu aku ya?" Ungu heran. "Huaaaaaa!! Beneran kalian!! Kalian masih hiduup!!" orang itu berteriak, dan menghambur memeluk mereka. "Aku kira kalian MATI!! MATI!! Kak Kaito!! Om Upo!! Vocaloid nggak lengkap tanpa kalian!!" Pemuda kuning itu histeris. Tapi, Ungu mendorong pelan orang itu dan menatapnya sinis. "Kamu siapa? Sok sok peluk? -_-" "Eeeh Ungu. Kita nggak boleh kasar sama pengunjung.." Biru tersenyum pada si pemuda. "L, loh? Ja, jadi kalian nggak inget aku?" Senyum memudar dari wajahnya ketika si pemuda mengatakan hal itu. "Mmmm.. Aku pernah sih liat kamu sekali, kamu cewek yang pernah muncul di mimpiku. Yang rambutnya dikuncir." Biru menatap orang itu penuh harap. "Ru, kok kamu nanyanya konyol banget sih?" Ungu mengomelinya. "Tu, tunggu? Kenapa kalian manggil satu sama lain Biru sama Ungu? Kenapa kalian nggak inget aku? Kalian amnesia? Dan satu hal Kak Kaito, aku ini cowok!!" si pemuda bertanya kebingungan. Biru tersenyum padanya, "Jadi kamu cowok to? Oooo.." "Aaah ya ampuun.. Kak Kaito bener-bener nggak inget aku?" Pemuda itu berkata dengan putus asa. "Looh.. Emang kita pernah ketemu dimana?" Biru bertanya dengan polos. "Aduuuh.." si pemuda menenggelamkan wajah ke telapak tangannya. "Aku Kagamine Len. Orang yang tinggal seapartemen sama kalian. Kamu.." Ia menunjuk ke Biru "Shion Kaito, seseorang yang udah aku anggep kakak di apartemen kita. Terus kalo kamu.." Ia menunjuk Ungu "Kamui Gakupo. Om Upo udah menikah. Om nikah sama orang rambut pink namanya Megurine Luka. Dan kita semua udah kayak keluarga di apartemen itu, sama Kak Meiko, Kak Miku, dan Rin."

#__#__#__#__#__#__#__#

"Jadi namaku itu Kaito?" Biru, yang kini mulai terbiasa dipanggil 'Kak Kaito', mengangguk-angguk. Selama 15 menit yang berlalu, Len sibuk menceritakan tentang masa lalu mereka dan bagaimana dia bisa ada di pulau ini, selagi mereka berjalan ke tengah pulau, dimana Ungu atau sekarang Gakupo mendeklarasikan bahwa mereka akan mengantar Len ke 'rumah' mereka. "Terus aku Gakupo." Gakupo mengangguk-angguk juga. "Iya Kak." Len tersenyum cerah, senang bahwa setidaknya Kaito dan Gakupo percaya semua cerita yang ia ceritakan. "Len, kita udah mau nyampe." Gakupo mengingatkan, sambil terus membelah sesemakan dengan tangannya untuk membuka jalan. Sedangkan Kaito berjalan di sebelah Len. "Kalian beneran bikin rumah?" Len masih merasa takjub. "Aku nggak mau tinggal di tempat kayak gini tanpa bikin rumah." Gakupo menjawab. "Berapa lama kalian bikin rumah?" tanya Len. "Nggak tau. Kira-kira 2 bulanan. Tapi itu cukup buat manjangin rambut Gakupo dari sepantat sampe setengah paha. Hahaha." Kaito nyeletuk. "Kaito, nggak usah ngumbar-ngumbar aibku deh." ujar Gakupo tanpa menoleh. "Dulu dia rambutnya sepaha lho. Sampe akhirnya suatu saat pas lagi nyari buah buat makan siang, dia berebut sama pejantan gorila yang lagi nyari buah. Gorilanya ngambek, terus dia dikejar-kejar gorila, rambutnya keinjek, terus dia gulat sama gorila. Pulang-pulang babak belur, aku langsung disuruh motong rambutnya.." Kaito bercerita dengan santai. "Kaito, Stop. Nah, Len. Kita udah sampe." Gakupo berdiri di balik semak terakhir, dan ketika Len sudah berdiri sejajar dengan Gakupo, ia melihat rumah pohon terhebat sepanjang masa..

To be continued..

Copyright © 2012 Vocaloid Daily Story | Len Kagamine Theme Designed by Rine